TIMESINDONESIA, JAKARTA – Keberadaan Deputi Pengawasan di Kementerian Koperasi dan UKM yang baru berumur tiga tahun mengharuskan banyak belajar dari lembaga sejenis yang melakukan pengawasan.
Demikian disampaikan Deputi Bidang Pengawasan Kementerian Koperasi dan UKM, Suparno usai membuka seminar nasional bertema 'Strategi Membangun Sistem Pengawasan Koperasi yang Berkesinambungan' di Jakarta, Kamis (16/05/2019).
"Dalam hal ini kami melihat OJK (Otoritas Jasa Keuangan) sudah terbukti berhasil melakukan pengawasan sektor jasa keuangan sehingga stabilitas terjaga. Demikian juga dengan Bank Dunia/World Bank dalam skala global. Karena itu kami tak segan menimba pengalaman dari mereka dan memilah-milah pengawasan apa dan bagaimana yang bisa diimplementasikan untuk mengawasi koperasi yang jumlahnya sangat banyak, tercatat ada 138.140 koperasi aktif," kata Suparno.
Seminar tersebut menampilkan narasumber Roberto Akyuwen (analisis eksekutif senior Deputi Komisioner Pengawas Perbankan IV OJK), Ahmad Subagyo (konsultan Bank Dunia) dan Video Call dengan Senior Financial Sector Specialist World Bank Juan Buchenau yang berkedudukan di Meksiko.
Suparno menegaskan Deputi Bidang Pengawasan selaku Unit Pelaksana pengawasan Koperasi-Koperasi di Indonesia, terus berupaya untuk menyempurnakan sistem pengawasan agar lebih efektif dan efisien sehingga mampu menjangkau jumlah koperasi yang relatif bertambah di Indonesia.
Data jumlah koperasi di Indonesia, saat ini mencapai 138.140 unit, dengan jumlah koperasi non KSP sebanyak 117.288 unit (84,91%) dan jumlah KSP 20.852 unit (15.09%), dimana di dalam Koperasi Non KSP itu sendiri terdapat unit-unit simpan pinjam sekitar 51.081 unit (36,98%), sehingga jumlah total usaha simpan pinjam koperasi sebesar 71.933 unit (52,07%).
"Permasalahan-permasalahan selama melakukan pengawasan, dan laporan pengaduan masyarakat terhadap koperasi bermasalah, terutama di sektor simpan pinjam, melatarbelakangi Deputi Bidang Pengawasan untuk semakin menyempurnakan diri dengan menimba success story dari lembaga seperi OJK dan Bank Dunia," kata Suparno.
Ia mengakui, indikasi semakin marak terjadinya praktik ilegal yang dilakukan koperasi, dan telah menjadi isu nasional yang tersebar luas melalui media massa terutama dengan modus penghimpunan dan penyaluran dana masyarakat, pengelolaan investasi yang menawarkan bunga tinggi, dan lain-lain yang berakibat pada tindakan melawan hukum.
Seminar Nasional Pengawasan Koperasi ini, merupakan forum yang diselenggarakan dengan tujuan untuk menambah wawasan mengenai sistem pengawasan koperasi di Indonesia. Seminar nasional ini diselenggarakan atas kerja sama Kementerian Koperasi dan UKM dengan Bank Dunia di Indonesia, dihadiri oleh Perwakilan OPD Pembina Koperasi di Indonesia, Perwakilan DEKOPIN, Perwakilan Koperasi Induk, dan Pejabat di lingkungan Kementerian Koperasi dan UKM.
Skema dan Proses Pengawasan Lemah
Sementara itu Ahmad Subagyo (konsultan Bank Dunia) mengatakan kasus koperasi bermasalah di Indonesia banyak disebabkan kelemahan skema dan proses pengawasan saat ini.
Dalam pengamatannya, setidaknya ada empat hal yang membuat pengawasan koperasi menjadi tidak efektif alias sia-sia.
Pertama, tidak ada skala prioritas yang berdasar pada tingkat urgensi pengawasan berbasis pada risiko.
Kedua, tidak ada klasifikasi kelompok usaha koperasi, sehingga semua koperasi diperlakukan sama baik skala mikro sampai ke skala besar.
Ketiga, tidak ada deteksi awal yang menginformasikan tentang kelemahan obyek (koperasi), sehingga semua ASDEP melakukan pemeriksaan pada koperasi yang sama.
Keempat, tahapan pengawasan belum ada gradasi sehingga seluruh sumber daya terpusat hanya pada beberapa koperasi saja.
Sedangkan Senior Financial Sector Specialist World Bank Juan Buchenau melihat belum adanya data lengkap dan akurat terkait koperasi membuat Pengawasan menjadi lemah. Untuk kasus pengawasan koperasi di Indonesia, Ia menyarankan bisa bekerjasama dengan otoritas jasa keuangan seperti yang terjadi di Thailand. (*)
Pewarta | : Alfi Dimyati |
Editor | : Faizal R Arief |
Polresta Banyuwangi Luncurkan SPPG, 3.481 Siswa Bakal Dapat Makan Bergizi Gratis
Kepala Sekolah dan Guru TK di Banjarnegara Ikuti Pelatihan Deep Learning
Dagang Global Surplus, Indonesia Terkapar dari AS
Pakar UB Tekankan Pentingnya Empati dalam Komunikasi Kepemimpinan di Era Teknologi
Drawing Piala Dunia 2026, Indonesia Masuk Grup Neraka! Hadapi Arab Saudi dan Irak
Wisata Nyaman dan Lalu Lintas Lancar, Pangandaran Bangun Parkir Super Luas
Humanisasi Hukum, Kejari Majalengka Laksanakan Penghentian Penuntutan Restoratif
Pulihkan Kerugian Negara, Kejari Majalengka Survei Aset Tanah Pidsus
Hegemoni Frekuensi 440 Hz
Bank UMKM Jatim Dorong Koperasi Merah Putih Jadi Tulang Punggung Ekonomi Desa