TIMESINDONESIA, MALANG – Kidung (lagu) Wahyu Kolosebo, mengawali pagelaran wayang Parikesit Jumeneng Ratu dalam memperingati Hari Jadinya ke 59. Acara ini digelar di halaman rumah Ketua DHC BPK ’45 Kabupaten Malang, Moch Geng Wahyudi, SH, MHum, Jl. Raya Golek 1, Desa Karangduren, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang Sabtu (23/3/2019) malam.
Kidung ini membawa pagelaran itu ke suasana yang cukup magis. Apalagi sayup-sayup aroma dupa melintas diantara penonton yang duduk rapi dikursi yang disiapkan panitia.
Kidung Wahyu Kolosebo adalah kidung susunan karya sastra Kanjeng Sunan Kalijaga, anggota organisasi dakwah Walisongo pada zaman peralihan Majapahit (Hindu-Buddha) ke Demak Bintara (Islam).
Kidung ini mengandung ajaran nilai-nilai Islam makrifat yang memiliki muatan spiritual, berisi ajaran kepada umat manusia yang ingin mengetahui kesejatian hidup.
Dalam ajaran Islam Kejawen, wahyu identik dengan kasf atau pesan dari Tuhan kepada umat manusia, berisi ajaran-ajaran agar manusia dapat hidup sesuai dengan kebaikan, kebajikan dan kebenaran.
Sedangkan Kolo waktu dalam ejaan bahasa Indonesia artinya waktu. Sebo artinya menghadap. Dalam istilah modern, seba bisa diartikan sebagai tempat untuk menghadap raja. Namun dalam konteks mistisme-spiritualisme Jawa, sebo identik dengan menghadap kepada Yang Maha Kuasa, yang dalam Islam adalah Allah.
Malam itu Geng Wahyudi selain memperingati Hari Jadi ke 59 DHC BPK'45, juga melaksanakan ruwatan jawi ngirit banteng terhadap ketiga anaknya yang urut-urutannya perempuan-laki-laki. Ruwatan dalam Islam disebut ruqyah yang secara etimologi syariat adalah doa dan bacaan-bacaan yang mengandung permintaan tolong dan perlindungan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dari segala bentuk kesialan.
"Semoga dengan ruwatan ini segala yang kami harapkan, termasuk langkah-langkah DHC BPK'45 sendiri ikut mendapatkan berkah atas niat baik bersama," tandas Geng Wahyudi.
Ia mengakui memang DHC BPK'45 belum maksimal dalam mensosialisasikan dalam menumbuhkembangkan nilai kejuangan 45 kepada generasi muda khususnya kaum milenial lantaran terbatasnya ruang, waktu, tenaga dan biaya.
"Namun kami sebagai generasi penerus '45 akan terus berupaya memberikan pemahaman kepahlawanan, patriotisme dan kejuangan Generasi '45 kepada generasi milenial. Kami tak akan lelah," kata Geng.
Para pengurus dan puluhan anggota DHC BPK '45 hadir dalam acara wayangan dan ruwatan memperingati Hari Jadi ke 59 di halaman rumah Geng Wahyudi di Desa Karangduren, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang malam itu.(*)
Pewarta | : Widodo Irianto |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Tiga Pilar Solid, PDI Perjuangan Lamongan Kompak Dorong Akselerasi Program Kerakyatan
Dugaan Kelalaian Medis di Lamongan, Bocah 4 Tahun Meninggal Usai Operasi Usus Buntu
Danramil Tajinan dan PDAM Tirta Kanjuruhan Berikan Bantuan Air Bersih untuk Warga Kurang Mampu
Wafat Usai Kecelakaan di Tol Pemalang, Ini Profil Anggota DPR RI Gus Alam
Menjadi Guru di Era Digital
Dokter AY Bisa Jadi Tersangka, Kasus Pelecehan di Rumah Sakit Kota Malang Naik Penyidikan
Miliaran DD yang Tak Terlaksana di Bondowoso Berhasil Dikembalikan, Begini Kata Bupati Hamid
The Death of Snow White, Putri Salju Versi Horor
KH Nizar Irsyad Tutup Usia di Hari Ulang Tahunnya, Kota Probolinggo Berduka
Tantang Inter Milan, Hansi Flick Tuntut Barcelona Main Sebagai Tim