TIMESINDONESIA, JAKARTA – Pemecatan mantan Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto dari keanggotaannya di Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menimbulkan banyak reaksi baik dari masyarakat, organisasi perhimpunan dokter spesialis bahkan pejabat publik seperti Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin.
Menkes Budi mengatakan, pihaknya akan membantu mediasi antara IDI dengan anggota-anggota IDI yang telah diberhentikan.
“Kemenkes akan memulai dan membantu proses mediasi antara IDI dan anggota anggotanya agar komunikasi berjalan baik, sehingga situasi yang terbangun akan fokus,“ kata Menkes Budi dalam keterangan pers Senin (28/3/2022) lalu.
Gedung PB IDI yang berada di Jalan Sam Ratulangi Jakarta. (FOTO: bisnis.com)
Lantas, bagaimana sejarah terbentuknya IDI sendiri?
Dilansir dari situs resminya, IDI terbentuk pada tahun 1950 tepatnya usai Muktamar pertama Ikatan Dokter Indonesia (MIDI) yang digelar di Deca Park yang kemudian menjadi gedung pertemuan Kotapraja Jakarta.
Dalam muktamar tersebut, hadir sebanyak 181 dokter yang merupakan Warga Negara Indonesia (WNI) dari Jakarta dan luar Jakarta. Hasil muktamar IDI terpilih Sarwono Prawirohardjo menjadi Ketua Umum IDI pertama.
Kata 'Ikatan' dalam IDI sendiri merupakan usulan dari Dr. R. Soeharto yang merupakan Ketua Tim Dokter Presiden Soekarno dan juga Dewan Pimpinan Pusat IDI pada masa itu.
Kantor Pusat IDI yang berlokasi di Jalan Sam Ratulangi, semula milik warga negara Belanda yang kemudian dibeli oleh Bendahara IDI Tan Eng Tie seharga Rp300.000,- pada masa itu.
Berjalannya waktu, kiprah IDI diakui oleh dunia dengan diterimanya sebagai anggota World Medical Association (WMA) yang menghimpun semua organisasi kedokteran di dunia pada tahun 1953.
Infografis anggota IDI berdasarkan gender. (FOTO: idionline.org)
Di tahun yang sama, IDI memprakarsai berdirinya Confederation of Medical Associationin Asia and Oceania (CMMAO) dan sejak itu, IDI aktif menjadi anggota organisasi tersebut.
Pada tahun 1969, IDI menyelenggarakan Musyawarah Kerja Sosial Kedokteran Indonesia. Dalam musyawarah ini, IDI berhasil menyusun dan mensahkan Kode Etik Kedokteran Indonesia (Kodeki).
Selain memprakarsai berdirinya CMMAO, IDI juga memprakarsai berdirinya Medical Association of ASEAN (MASEAN) pada tahun 1980 dan sejak itu menjadi anggota aktif organisasi tersebut.
Sebagai pemrakarsa CMMAO, Indonesia dipercaya sebagai tuan rumah CMMAO pada tahun 1989 dan menetapkan dr. Azrul Azwar yang saat itu menjabat sebagai Ketua Umum IDI menjadi Presiden CMMAO.
Dr. Azrul Azwar juga terpilih sebagai Presiden WMA pada tahun 1996 saat World Medical Assembly ke-48 di Cape Town, Afrika Selatan.
Hingga kini, IDI memiliki puluhan ribu anggota yang tersebar luas di seluruh Indonesia dan didominasi oleh dokter perempuan sebanyak 58 persen dari jumlah dokter yang ada. (*)
Pewarta | : Ahmad Nuril Fahmi |
Editor | : Faizal R Arief |
Lepas 157 Atlet Porprov Jatim, Wabup Pacitan Optimistis Borong Medali
Gresik Kebut Rehabilitasi Ruang Kelas hingga Peningkatan Puskesmas Jadi Rawat Inap
Chelsea Tundukkan LAFC di Laga Piala Dunia Antarklub yang Sepi Penonton
Jelang Kejuaraan Dunia Voli U-21, Delapan Pemain Dicoret dari Pelatnas Timnas Voli Putri
Agi Ariandi, Bermula dari Pegiat Pariwisata hingga Influencer Multitalenta
Di Balik Tingginya Angka Pernikahan di Bulan Dzulhijjah
Lesehan MEWAH, Sensasi Kuliner Pinggir Sawah yang Bikin Rindu Kampung Halaman
Bolehkah Hewan Peliharaan Tidur di Ranjang Bersama Kita? Ini Kata Para Ahli
Meski Masih Jarang Terjadi, Penyakit Ini Berakibat Fatal Jika Tidak Segera Ditangani
Soto Branggahan, Kuliner Pinggir Jalan yang Menjaga Tradisi Rasa di Kediri