TIMESINDONESIA, MALANG – Museum Brawijaya menjadi salah satu lokasi wisata edukasi di Malang. Museum ini mengoleksi benda-benda bersejarah hasil perjuangan rakyat Indonesia yang ada di Kota Malang.
Lokasinya mudah dijangkau, di Jalan Besar Ijen No.25A, Kota Malang.
Museum ini digagas pada tahun 1962 oleh Brigjen TNI (Purn) Soerachman, yang merupakan Pangdam Brawijaya) Sedangkan pembangunan dimulai pada tahun 1967 dan selesai 1968. Bangunan ini diresmikan oleh Kolonel Soewondo pada tanggal 4 Mei 1968.
Letnan Dua (Letda) Arhanud Supriono, Kepala Museum Brawijaya mengatakan, pemberian nama Museum ini berdasarkan keputusan Pangdam VIII/Brawijaya tanggal 16 April 1968 dengan sesanti 'Citra Uthapana Cakra' yang berarti sinar yang membangkitkan semangat.
Mobil sedan kuno warna hitam koleksi Museum Brawijaya. Mobil ini diproduksi oleh pabrik Desoto USA tahun 1941 dan pernah dikendarai Panglima Divisi I/ Jawa Timur, Kolonel Sungkono.
Museum Brawijaya memiliki lima tempat koleksi yaitu halaman depan, ruang lobby, ruang 1, ruang 2, dan halaman tengah.
Yang pertama, halaman depan adalah taman senjata yang bernama 'Agne Yastra Loka' yang berarti taman senjata yang diperoleh dari api revolusi 1945.
Di taman tersebut terdapat empat koleksi senjata yang di pamerkan yaitu tank buatan Jepang hasil rampasan arek arek Suroboyo pada bulan Oktober 1945. Senjata penangkis serangan udara yang direbut dari tentara Jepang saat pertempuran pada bulan September 1945,
Meriam si Buang yang berhasil dirampas dari Belanda pada serangan 10 Desember 1945, dan yang terakhir tank amfibi milik Belanda yang berhasil dirampas oleh Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP) yang hendak menduduki kota Malang pada masa Perang Kemerdekaan.
Tank Amfibi AM Track yang terdapat di halaman depan Museum Brawijaya. (Foto: Ilham Asdika Surya Permana/TIMES Indonesia)
Kedua, ruang lobi yang berada di tengah-tengah antara ruang 1 dan ruang 2. Terdapat foto Panglima Kodam dari Jawa Timur mulai tahun 1945 sampai sekarang. Serta terdapat dua relief dan lambang-lambang kodam di Indonesia. Relief di sebelah utara menggambarkan daerah misi yang pernah dijalani oleh tentara Brawijaya dalam menegakkan kemerdekaan. Sementara relief di sebelah selatan menggambarkan wilayah kekuasaan Majapahit.
Di sini juga ada mobil sedan kuno warna hitam. Mobil ini diproduksi oleh pabrik Desoto USA tahun 1941 dan pernah dikendarai Panglima Divisi I/ Jawa Timur, Kolonel Sungkono.
Ketiga, ruang 1 terdapat alat radio yang pernah digunakan oleh Denhub Brawijaya, burung merpati yang digunakan sebagai kurir pada masa penjajahan Jepang, katana hasil rebutan dari Jepang, dan lukisan yang menggambarkan pertempuran 10 November 1945 melawan sekutu.
Koleksi senjata pada masa Perang Kemerdekaan yang ada di dalam ruangan 1. (Foto: Ilham Asdika Surya Permana/TIMES Indonesia)
Kemudian ada kumpulan senjata hasil rampasan dari lokasi pendudukan musuh pada masa Perang Kemerdekaan.
Ada juga mantel milik Letnan Kolonel Dr. Soebandi, koleksi mata uang yang berlaku di Indonesia pada era revolusi, dan juga senjata milik pasukan Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP) yang dulu digunakan pada saat pertempuran Gunungsari pada tanggal 28 November 1945.
Keempat, ruang 2 terdapat kumpulan benda mulai tahun 1950 sampai 1976 seperti bejana besi dan meriam hasil rampasan, alat perang yang digunakan pasukan Brawijaya di operasi Trikora untuk merebut irian barat, dan peralatan musik yang digunakan Detasemen Musik Kodam V/Brawijaya.
Gerbong maut, saksi bisu perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah Belanda. (foto: wikimedia)
Selain itu, tersimpan alat perang tradisional dari rakyat Irian Jaya, kumpulan senjata hasil rampasan operasi Trisula ketika penumpasan sisa-sisa PKI di Blitar Selatan pada tahun 1968, komputer pertama yang digunakan Kodam Brawijaya, piala dan penghargaan dari satuan Kodam Brawijaya.
Kelima, halaman tengah terdapat gerbong maut yang menjadi saksi bisu menewaskan sebanyak 35 tahanan rakyat Indonesia di dalamnya saat perjalanan dari Bondowoso menuju Surabaya. Museum Brawijaya juga terdapat perpustakaan yang menyimpan buku-buku dan dokumen sejarah perjuangan TNI yang terkait dengan pengabdian terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia. (*)
Pewarta | : Ilham Asdika Surya Permana (MG-MBKM) |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Timnas Voli Indonesia Siap Ikuti Berbagai Kejuaraan Sepanjang 2025, Ini Jadwalnya
Menkeu Sri Mulyani Lantik Dirjen Pajak dan Dirjen Bea Cukai Baru
WHO: Hampir Seluruh Rumah Sakit di Gaza Rusak Parah Akibat Agresi Israel
Sekolah Rakyat Jenjang SD dan SMP di Bantul Baru Diusulkan, Level SMA Segera Dimulai
Hadiri RDP Komisi III DPRD RI, Begini Penjelasan Kajati NTT Kasus TPPA
QRIS Bisa Dipakai di Jepang Mulai 17 Agustus 2025, China dan India Menyusul
Anggota DPRD Bantul Ahmad Agus Sofwan Dorong Pemberdayaan Ekonomi Lewat Pelatihan Usaha
Yance Sayuri dan Kesabaran Panjang Menanti Panggilan Garuda
DWP DPMPTSP Bontang Dorong Kemandirian Ekonomi Lewat Usaha Roti Canai
Bolehkah Kurban untuk Orang yang Sudah Meninggal? Ini Pendapat Empat Mazhab